Wednesday, April 2, 2014

Vaksinasi Virus Cabai

pertaniandanpeternakanku.blogspot.co.id

Panen cabai dapat menurun 70% akibat serangan Cucumber Mosaic Virus (CMV). "Bahkan bila terjadi serangan berat tanaman tidak bisa berbuah," tutur Ir. Yoyo Sutyo, peneliti di Instansi Penelitian Tanaman Hias Cipanas. Tetapi kini ada cara untuk mengendalikannya, yaitu dengan vaksinasi.

Sumber Gambar : http://www.shouragroup.com/
Penyakit yang disebabkan oleh virus merupakan salah satu kendala utama pada budidaya cabai. Salah satu jenis virus yang banyak menyerang tanaman cabai adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). Tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala kerdil, daun mengecil, mosik, atau klorosis. Akibatnya pertumbuhan tanaman cabai terhambat, buah mengecil, produksinya menurun, bahkan ada yang tidak mau berbuah.

Pengendalian virus ini sangat sulit, meskipun dengan varietas resisten, karena memiliki banyak strain dan tanaman inangnya sangat banyak (seperti gulma, kacang-kacangan, terung-terungan, atau timun-timunan). Selain itu CMV termasuk kelompok virus non persisten (stilet-borne). Penyebarannya dilakukan oleh serangga vektor, yaitu beberapa spesies kutu daun. Seekor kutu saja mampu menularkan ke beberapa tanaman cabai. Itulah sebabnya virus ini sulit dikendalikan dengan pestisida.

Divaksin sejak bibit

Pengendalian CMV ini prinsipnya menginokulasikan virus lemah pada tanaman, sehingga tanaman terhindar dari infeksi oleh strain lain dari virus yang sama.

Cara imunisasi :
Daun bibit cabai atau keping bijinya terlebih dulu ditaburi tepung karborandum (600 mesh). Tepung karborandum ini berfungsi seperti ampelas, melukai permukaan tanaman sehingga larutan yan dioleskan meresap ke dalam tanaman.

Selanjutnya larutan vaksin dioleskan ke permukaan keping biji atau daun yang telah ditaburi karborandum. Konon, di Cina pemberian vaksin ini dilakukan dengan cara disemprotkan ke bibit tanaman. Permukaan daun yang telah diinokulasi kemudian dicuci dengan air bersih, dan untuk menghindari matahari terik bibit cabai yang telah divaksin ditutup dengan koran beberapa saat.

Vaksinasi atau imunisasi ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, pada saat tanaman masih bibit. Umur bibit 2-3 minggu setelah semai, atau sekurang-kurangnya 1-2 minggu sebelum bibit cabai dipindahkan ke lapangan.

Lihat juga : Manfaat Bayam, Sayuran Anti Kanker
                     - Menanggulangi Ulat Buah
                     - Pesona Bonsai Japanese Maple
                     - Merawat Mangga di Halaman Rumah

'Satelit' RNA 5

Lemahnya virus itu penyebabnya bermacam-macam, salah satunya karena adanya 'satelit'. Istilah 'satelit' pada virus ini sebenarnya adalah asam nukleat tambahan yang tidak diperlukan oleh virus untuk memperbanyak dirinya. Adanya asam nukleat tambahan ini dapat mengalahkan perkembangbiakan asam nukleat virusnya sendiri. Sehingga gejala yang muncul akan lebih ringan atau tidak ada sama sekali.


CMV memiliki asam nukleat yang disebut RNA 1, RNA 2, RNA 3, dan RNA 4. Kehadiran asam nukleat tambahan, RNA 5, dapat menekan RNA lainnya sehingga gejala tidak muncul. RNA 5 atau 'satelit' itu bertindak sebagai parasit tingkat molekuler. Nah, virus yang mengandung RNA 5 inilah yang digunakan sebagai vaksin untuk mencegah perkembangan CMV pada cabai.

Virus murni atau jaringan terinfeksi

Vaksin untuk mengatasi CMV pada cabai ini dapat tersedia dalam bentuk larutan virus mengandung 'satelit' yang telah dimurnikan, atau berupa jaringan tanaman yang terinfeksi. Bentuk yang kedua ini dapat dibuat dengan menggunakan inokulum beberapa tanaman, seperti tembakau atau succhini.

"Kita tidak memakai tanaman cabai atau tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya, karena kemungkinan munculnya virus-virus lain justru dapat memperberat gejala," ujar Yoyo Sulyo. Pada tanaman tembakau atau succhini biasanya yang muncul hanya CMV.

Dari kedua tanaman itu yang praktis digunakan adalah succhini, karena pertumbuhannya cepat, dan dalam waktu 10-14 hari tanaman terinfeksi sudah dapat digunakan sebagai vaksin. Menurut Yoyo Sulyo, imunisasi/vaksinasi dapat dilaksanakan meskipun tidak ada CMV pada cabai yang ditanam.

Tetapi agar lebih efisien, barangkali perlu pengamatan atau sampling untuk mengetahui ada tidaknya CMV pada pertanaman cabai tersebut. Selain itu pengendalian dengan imunisasi akan lebih baik bila didukung dengan penanaman varietas resisten, kebersihan lingkungan, dan penggunaan mulsa plastik perak.

Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat
Sumber : Majalah Trubus