Monday, April 28, 2014

Menanggulangi Ulat Buah

Ulat buah ada di mana-mana dan menyerang hampir semua produk buah-buahan baik di halaman rumah maupun di kebun luas. Bahkan kehadirannya bisa membuat kita pusing tujuh keliling. Banyangkan, buah dari kebun kita penampilannya tampak mulus, namun setelah dibelah ternyata berulat. Padahal setahu kita, pemeliharaan tanamannya telah semaksimal mungkin dilakukan. Kalau sudah begitu, siapa tak jengkel? Ulasan kali ini akan membicarakan bagaimana mengatasi masalah ulat buah tersebut.

Ulat buah sebenarnya merupakan salah satu tingkatan stadia hidup serangga bermula dari telur, setelah beberapa hari akan menetas menjadi larva. Larva inilah yang 'menginap' di dalam buah dan menggerogoti bagian-bagian tertentu dari buah. Ada yang hanya menggerogoti kulit, misalnya Nacoleia octasema yang menyebabkan penyakit kudis (scab) pada buah pisang.

Ada yang merusak kulit dalam dan daging buah, misalnya Tirathaba ruptilinea pada buah durian dan rambutan. Ada yang menggerogoti daging, misalnya lalat buah Dacus dorsalis. Dan ada juga yang menggerek sampai ke bagian biji, misalnya Sternochetus frigidus pada mangga.

Melihat contoh diatas ternyata ulat yang menyerang buah beragam jenisnya. Ada yang merupakan keturunan lalat buah, ada yang dari bangsa lalat tapi bukan lalat buah (Diptera), ada yang dari bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), ada yang dari bangsa kumbang (Coleoptera), bahkan ada yang dari bangsa lebah, tawon, dan semut (Hymenoptera).

Ulat buah sebenarnya bukan binatang raksasa yang menyeramkan. Panjang maksimal tubuhnya hanya 2-3 cm. Akan tetapi jika mereka menyerang, akan terasa merugikan. Betapa tidak, mutu buah akan menurun dan bahkan akan sulit diterima pasar.

Kendalikan sejak dini


Kapan ulat buah datang menyerang dan dari mana datangnya, hampir-hampir tak diketahui oleh pemilik tanaman. Karena itu tak jarang pemilik tanaman terlambat mengendalikan serangannya. Akibatnya segala upaya yang dilakukan pun sia-sia.

Tindakan pengendalian ulat buah harus dilakukan sedini mungkin sebelum ulat-ulat atau serangganya beraksi. Paling baik pengendalian dilakukan sejak tanaman berbunga, saat hama-hama ini menyerang.

Biasanya meraka meletakkan telur pada bunga atau di sekitarnya, sehingga pada saat bunga menjadi pentil, telur yang telah menetas menjadi ulat akan segera masuk ke dalamnya.

Diinfus Saja


Untuk mengatasi ulat buah, dianjurkan tidak melakukan penyemprotan karena dapat menganggu lingkungan sekitarnya. Pengendalian dapat dilakukan dengan penginfusan, maupun pelukaan batang dilanjutkan pengolesan insektisida. Namun tindakan terbaik adalah penginfusan; dengan cara ini hama lain yang bukan hama buah juga dapat ditekan.

Agar efektif, insektisida yang dipakai haruslah bersifat sistemik. Konsentrasi larutannya bisa 1-5 %, lebih pekat dibandingkan konsentrasi anjuran untuk penyemprotan yang hanya 0,1-0,5 %. Mengingat masa efektif residunya dapat bertahan 1-2 bulan, aplikasinya cukup 2 kali setahun saja. Toh, serangga juga menyerang secara musiman, dan tak datang setelah buah besar.

Infus tanaman keras


Pada tanaman keras seperti durian, rambutan, mangga, atau jeruk, infus dapat dilakukan melalui batang atau akar. Infus batang dilakukan dengan mengebor batang dengan arah miring ke bawah sedalam 3-10 cm sampai menembus jaringan kayu (xylem). Kemudian ambil botol atau ember dan diisi dengan 0,5-1 liter larutan insektisida.

Setelah itu gantungkan atau letakkan botol atau ember pada bagian yang lebih tinggi dan masukkan ujung selang karet berukuran kecil (misalnya untuk oli motor) ke dalamnya. Ujung selang yang lain dimasukkan ke dalam lubang bor yang telah dibuat. Biarkan sampai insektisidanya terserap habis. Bisa juga diinfus dengan tekanan tinggi dan dipompa ke dalam batang.

Selesai diinfus lubang harus ditutup dengan lilin cair atau parafin. Jika tidak, besar kemungkinan tanaman dapat terserang penyakit blendok (diplodia). Jika akan menginfus lagi, lilin penutup dibuka dan lubang dapat dipakai kembali. Dengan begitu batang tanaman tidak dibor berulang kali di banyak tempat.

Infus akar dapat dilakukan dengan cara mengangkat akar berukuran besar ke atas tanah, memotong sedikit ujungnya, lalu memasukkannya ke dalam ember atau polibag berisi larutan insektisida. Pada tanaman berukuran besar, penginfusan dilakukan pada dua atau tiga akar. Keuntungan infus akar ini adalah risiko luka batang akibat dibor atau ditakik akan dapat dihindari.

Cara pengendalian yang lain namun masih termasuk metoda infus akar adalah penyiraman insektisida sistemik di sekitar lingkungan akar. Namun cara ini dianggap kurang baik, sebab selain boros (bisa 'memakan' 5-10 liter larutan), juga kurang baik bagi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan pun bisa terancam keselamatannya.


Infus tanaman sukulen


Pada tanaman sukulen seperti pisang, teknik penginfusan yang dapat dipakai hanyalah infus batang. Tetapi cara perlakuannya berbeda dengan infus batang pada tanaman keras. Kalau pada tanaman keras. Kalau pada tanaman keras batang perlu dibor, pada tanaman sukulen seperti pisang cukup dilakukan penyuntikan. Paling baik penyuntikan dilakukan pada saat keluar jantung untuk mengendalikan serangga yang menyerang sejak jantung keluar.

Walaupun pada dasarnya penyuntikan batang bisa dilakukan pada berbagai tempat secara berpindah-pindah, namun aplikasinya cukup satu kali saja untuk setiap batang tanaman. Sebab, satu batang pisang hanya berbuah sekali saja. Sebagai alat suntik dapat dipakai alat suntik untuk inseminasi sapi.


Cara lain pengendalian


Sebenarnya hal terpenting dalam mengendalikan ulat buah adalah sanitasi kebun. Dengan cara itu kehadiran serangga-serangga pengganggu dapat ditekan seminimal mungkin. Tindakan sanitasi biasanya dilakukan dengan tujuan menutus siklus hidup serangga pengganggu.

Tindakan sanitasi yang dapat dilakukan misalnya membersihkan tanaman dari bagian yang tampak sakit dan menjadi sarang hama. Buah-buah yang gugur pun dikumpulkan setiap hari lalu dibakar. Semak-semak di sekitar areal pertanaman yang juga merupakan sarang lalat buah dan serangga lain sebaiknya dibabat habis dan dibakar. Lahan di bawah tajuk secara rutin dibongkar, dibalik, dan dijemur agar kepompong yang terdapat didalam tanah dapat terkena sinar matahari dan mati.

Selain dengan sanitasi, dapat juga dilakukan pembungkusan buah. Namun pembungkusan sebaiknya dilakukan segera setelah bunga rontok dan berganti pentil. Sebelum dibungkus sebaiknya tanaman disemprot insektisida untuk membasmi telur atau larva serangga yang ada di sekitar buah. Bahan pembungkus bisa bermacam-macam, tergantung kondisi buah yang akan dibungkus dan keadaan lingkungannya.

Di pedesaan, sebagai pembungkus sering dipakai daun jati atau daun pisang. Tetapi di daerah yang sulit mendapatkan bahan itu, dapat dipakai kertas semen, kertas koran, maupun plastik. Di daerah yang curah hujannya tinggi pemakaian kertas koran sebagai pembungkus tidak praktis. Menggunakan kertas koran untuk membungkus durian atau nangka pun sungguh tidak praktis. Untuk durian lebih tepat dipakai plastik belanja, sedangkan untuk nangka memakai karung.

Selain bahan, warna pembungkus juga harus diperhatikan. Hindarkan memakai pembungkus berwarna merah atau kuning, sebab hal itu akan mengundang kedatangan serangga. Cobalah memakai pembungkus berwarna buram, misalnya pembungkus plastik biru pada pisang, atau plastik belanja hitam (kresek) pada durian.

Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat
Sumber : Majalah Trubus